Satu-satunya hal yang membebani seorang istri adalah kegiatan yang monoton.
Satu-satunya hal yang membebani seorang suami adalah banyaknya fikiran.
Seorang istri tak perlu mengeluh soal beban fikiran, karena tidak akan sepadan dengan banyak aspek yang difikirkan seorang suami, hanya saja seorang istri tidak bisa mengetahui.
Seorang suami tak perlu mengeluh dengan beban pekerjaan, karena tidak mungkin sepadan dengan beban pekerjaan seorang istri yang monoton, yang mana mau tidak mau harus dikerjakan.
”Salah satu tanda Kasih Sayang Allah SWT kepada hambanya adalah bahwa Allah SWT akan memberi pahala kepada hamba-Nya yang berbuat baik sebanyak sepuluh kali lipat. Sedangkan orang yang berbuat keburukan akan dibalas dengan balasan yang setimpal, tidak dilipat gandakan.
مَنْ جَاۤءَ بِالْحَسَنَةِ فَلَهٗ عَشْرُ اَمْثَالِهَا ۚوَمَنْ جَاۤءَ بِالسَّيِّئَةِ فَلَا يُجْزٰٓى اِلَّا مِثْلَهَا وَهُمْ لَا يُظْلَمُوْنَ
”Jika apa yang kamu punya menjauhkanmu dari Allah cukup buang rasa memilikinya dari hatimu. Tidak perlu membuangnya dari dirimu, itu bisa jadi kamu men-dholimnya
”Jika ingin berhenti memikirkan masalah, cukup tidur kemudian bangun lagi
Jika ingin tanpa masalah, cukup tidur tanpa bangun lagi
”Jangan sampai kemunafikan ada dalam diri kita, sekecil apapun itu. Karena Allah sendiri yang memberikan rasa enggan dalam melaksanakan kewajiban.
وَّلٰكِنْ كَرِهَ اللّٰهُ انْۢبِعَاثَهُمْ فَثَبَّطَهُمْ
Berhati-hatilah, siapa tahu rasa enggan atau malas dalam melaksanakan kewajiban itu akibat dari kemunafikan kita yang tidak kita sadari
”Jika yang sering kamu ingat adalah sang Kholiq maka jelas kamu dekat dengan-Nya. Jika di semua aspek hanya aghyar yang terlihat maka jelas kamu sudah tenggelam dalam duniawi.
”من صلّى المغرب والعشء في جمعة حتّى ينقضي شهر رمضان فقد اخذاخذ من ليلة القدر
Barang siapa sholat Maghrib dan Isya' berjamaah hingga akhir Ramadhan maka sungguh telah mengambil sebagian dari Lailatul Qadar
(HR. Baihaqi)
”وَاتَّقُوْا فِتْنَةً لَّا تُصِيْبَنَّ الَّذِيْنَ ظَلَمُوْا مِنْكُمْ خَاۤصَّةً ۚوَاعْلَمُوْٓا اَنَّ اللّٰهَ شَدِيْدُ الْعِقَابِ
Tafsir jalalain : (Dan peliharalah diri kalian dari siksaan) jika siksaan menimpa kalian (ia tidak khusus menimpa orang-orang yang zhalim saja di antara kalian) bahkan siksaan itu merata kepada mereka dan selain mereka. Dan cara untuk memelihara diri supaya jangan tertimpa siksaan ialah membenci penyebabnya, yaitu perkara mungkar. (Dan ketahuilah bahwa Allah sangat keras siksaan-Nya) terhadap orang-orang yang melanggar perintah dan larangan-Nya.
Siksaan Allah juga menimpa suatu kaum yang di dalam hatinya ada ridho terhadap kemungkaran.
”Jangan pernah memandang hina orang yang sedang maksiat, terkadang Allah sedang menunggunya bertaubat. Bahkan Allah berkuasa menjadikan wali dari kalangan ahli maksiat.
”Jangan pernah menunggu perhatian dari orang yang tak pernah mendapatkan perhatian darimu.
jangan pernah mengharap kepada orang yang tak pernah menyandarkan sebuah harapan padamu.
”Di dalam kitab Daqoiqul Akhbar dijelaskan :
Allah SWT menciptakan makhluk seperti gambar tulisan "Muhammad", yaitu :

Maka orang kafir tidak akan dibakar ke dalam api neraka seperti bentuk asalnya (seperti gambar tulisan Muhammad, karena mulianya bentuk tersebut), tapi diganti dahulu dengan bentuk babi, setelah itu baru dimasukkan ke dalam api neraka.
”Tidak ada satupun thoma' yang tidak berakhir mengecewakan, karena pada dasarnya makhluk tidak mampu membuat karya apalagi merubah keadaan. Satu-satunya yang kita bisa thoma' kepadaNya adalah Allah SWT, namun thoma' kepada Allah statusnya menjadi roja' .
”Marah itu panas dan membakar, maka tidak heran jika berada didekat orang yang sedang marah terasa hawa panas bahkan serasa ikut marah.
Maka sebagai orang tidak ingin ikut terbakar sebaiknya menjauh jika sedang ada orang marah.
”Di tengkuk bidadari surga tertulis:
مَنْ اَحَبَّ اَنْ يَكُوْنَ لَهُ مِثْلِيْ فَلْيَعْمَلْ بِطَاعَةِ رَبِّهِ
"Barang siapa menginginkan agar bidadari sepertiku menjadi miliknya, maka hendaklah ia melakukan amal dengan penuh ketaatan kepada Tuhannya".
Source : Daqoiqul Akhbar
”Suudhon adalah virus dalam hati yang bisa merusak akal, bahkan merusak mental. Dan yang paling fatal adalah menghambat masuknya hidayah dalam hati.
”Orang yang secara nyata amalnya (baik lahir maupun batin) bisa diklaim sebagai amalnya orang kafir belum tentu status keimanannya dicabut oleh Allah SWT. Status dan nilai keimanan seseorang hanya Allah SWT yang tahu.
Kewajiban kita hanya menghindari amal yang bisa menjerumuskan kepada kekafiran, bukan menilai status seseorang sedang kafir atau tidak.
”Pada dasarnya Ujub dan Ta'jub adalah sama, dalam pandangan mungkin beda subyeknya saja. Keduanya sama-sama penyakit hati.
Orang yang terlena dalam Ujub dan terpukau karena Ta'jub adalah orang yang pangling, tertipu atau mungkin lupa bahwa pada dasarnya semua yang kita bisa atau orang lain bisa adalah karena pemberian Allah SWT.
Ujub dan Ta'jub adalah pintu kesyirikan
”Disaat kamu mengalami kesulitan hidup, cobalah berfikir sejenak. Semua kerumitan tersebut adalah rencana Allah, betapa maha hebatnya Allah bisa membuat rencana tersebut yang disertai solusinya di kemudian hari.
Sungguh sebuah skenario yang tidak bisa dibuat oleh sutradara sahebat apapun.
”Jangan sampai sholat menjadi beban dalam pekerjaan, sehingga terburu dalam sholat karena terdesak pekerjaan.
Pada hakikatnya mencari nafkah adalah salah satu metode untuk kelangsungan hidup sehingga bisa terus bersujud.
Sedangkan sudah betulkah niat kita dalam bekerja adalah murni tujuan akhirnya untuk tetap bisa bersujud?
”Takut mati adalah bagian dari was-was (bisikan) syeitan, sedangkan rindu kematian adalah salah satu konsekuensi rindu kepada Allah.
Takut mati sering kali mengakibatkan stres, mencari hal-hal yang membuat hilang rasa takut, bahkan bisa sampai melakukan kemaksiatan untuk menghilangkan rasa takut. Dan inilah tujuan syeitan.
Namun tidak menutup kemungkinan orang yang terbiasa menghindari was-was tidak terkena was-was berupa takut mati. Yang terpenting adalah reaksi hati kita, jangan sampai larut dalam ketakutan apalagi sampai berbuat kemaksiatan untuk menutupi rasa takut.
Jadikan rasa takut mati menjadi cambuk penyemangat untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.
”وَمَا مِنْ دَاۤبَّةٍ فِى الْاَرْضِ وَلَا طٰۤىِٕرٍ يَّطِيْرُ بِجَنَاحَيْهِ اِلَّآ اُمَمٌ اَمْثَالُكُمْ ۗمَا فَرَّطْنَا فِى الْكِتٰبِ مِنْ شَيْءٍ ثُمَّ اِلٰى رَبِّهِمْ يُحْشَرُوْنَ
Dan tidak ada seekor binatang pun yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan semuanya merupakan umat-umat (juga) seperti kamu. Tidak ada sesuatu pun yang Kami luputkan di dalam Kitab, kemudian kepada Tuhan mereka dikumpulkan.
kemudian Tuhan memutuskan hukumnya di antara mereka, Ia meng-qishosh si kuat yang menganiaya si lemah, setelah itu Ia berfirman kepada mereka semua: Jadilah kamu semua sebagai tanah
QS. Al-An'am : 38, Tafsir Jalalain
”Kesurupan dalam dunia hipnotis disebut abreaksi, yaitu muatan emosi dari pikiran bawah sadar. Sedangkan dalam dunia Islam disebabkan karena was-was (bisikan) atau bahkan dirasuki jin.
Sebenarnya kedua penjelasan di atas tidak bertentangan. Abreaksi adalah bentuk kejadiannya sedangkan was-was atau dirasuki jin adalah penyebabnya.
Abreaksi banyak bentuk dan levelnya. Orang yang mudah marah atau langsung marah ketika ada hal yang menjengkelkan juga termasuk bentuk abreaksi, sedangkan dorongannya adalah was-was dari syeitan. Jika saja manusia sadar di saat itu (ingat kepada Allah) maka tidak akan terjadi abreaksi, karena was-was tadi tidak merasuk ke dalam fikiran.
Begitu pula ketika abreaksi histeria (kesurupan) yang bahkan bisa merubah sifat dan sikap orang yg kesurupan menjadi seperti orang lain. Dalam hal ini syeitan tidak hanya memberi was-was, bahkan juga merasukinya. Makanya tidak mustahil orang yang kesurupan bisa melakukan apa yang sebelumnya tidak bisa dia lakukan.
”Orang yang buta hatinya di dunia pun sudah sengsara, dan di akhirat juga akan diserupakan. Sesuai dalam Al-Qur'an surat Al-isro' ayat 72 :
وَمَنْ كَانَ فِيْ هٰذِهٖٓ اَعْمٰى فَهُوَ فِى الْاٰخِرَةِ اَعْمٰى وَاَضَلُّ سَبِيْلًا
Dan barang siapa buta (hatinya) di dunia ini, maka di akhirat dia akan buta dan tersesat jauh dari jalan (yang benar).
Orang yang buta hati akan lebih banyak mengeluh, kecewa dan sedih. Sedangkan orang yang terbuka mata hatinya akan sadar bahwa semua yang terjadi sekecil apapun itu adalah kehendak Tuhan.
Mari, selalu menjaga hari. Jangan lupa dengan ancaman Allah dalam Hadist Qudsi :
Siapa yang tidak bersyukur atas nikmat-Ku. Tidak bersabar atas ujian-Ku. Tidak mau menerima ketetapan-Ku, maka keluarlah dari bumi dan langit-Ku dan carilah Tuhan selain Aku
Saya belum pernah membaca kitab yang membahas secara spesifik hukumnya. Apalagi dalam Fathul Mu'in hanya mengkategorikannya, kemudian membahas pembagiannya.
Karena sudah mengkategorikan dan menjelaskan pembagiannya artinya tidak ada larangan. Di dalam Fathul Mu'in dijelaskan :
ما اخذناه من أهل حرب قهر فهو غنمة، والّا فهو فيء
Apa yang kita ambil dari kafir harbi dengan paksa maka itu ghonimah, jika tidak maka itu fayi'
NB:
Diriwayatkan dari Abdillah bin Salam : Sebelum Malaikat Munkar dan Nakir masuk kepada mayit, ada seorang malaikat yang mendatanginya yang wajahnya bercahaya bagaikan matahari, malaikat itu bernama Ruman. Dia masuk dan menemui mayit dan mendudukkannya lalu berkata : "Tulislah amalmu dari yang baik sampai yang jelek" Mayit berkata : "Dengan apa aku harus menulis, mana pena, tinta dan tempatnya?" Malaikat menjawab : "Tintanya adalah ludahmu dan penanya adalah jarimu" Mayit berkata lagi : “Dimana aku harus menulis, sedangkan aku tidak punya selembar kertaspun.
Nabi SAW bersabda : “Maka Malaikat tersebut memotong kain kafannya sepotong dan diberikan kepadanya" Malaikat Ruman lalu berkata : "Inilah lembarannya, sekarang tulislah" Maka diapun menulis apa yang pernah diperbuatnya di dunia dari amal yang baik, ketika sampai pada amal jeleknya dia merasa malu. Malaikat Ruman berkata kepadanya : "Hai orang yang lalai (durhaka), kenapa engkau tidak malu kepada Penciptamu (Allah) ketika engkau melakukannya di dunia dan sekarang engkau merasa malu kepadaku" Malaikat Ruman lalu mengangkat gada dan memukulnya. Maka berkatalah si mayit : "Angkatlah gada itu dariku sehingga aku bisa menulisnya” Maka ditulislah di dalamnya semua kebaikan dan kejelekannya Kemudian dia diperintah untuk melipat dan memberinya cap (tanda tangan). Maka diapun melipatnya dan berkata : “Dengan apa aku harus memberinya cap (tanda tangan), sedangkan aku tidak mempunyai cap (tanda tangan)” Malaikat berkata : "Berilah cap (tanda tangan) dengan kukumu” Maka diapun memberi cap dengan kukunya dan mengalungkan pada lehernya sampai hari kiamat. Sebagaimana firman Allah SWT :
و كلّ إنسان الزمناه طائِره في عنقه ونخرج له يوم القيامة كتابا يلقاه منشورا
" Dan pada setiap manusia telah Kami tetapkan amal perbuatannya (sebagaimana tetapnya kalung) pada lehernya. Dan Kami keluarkan baginya pada hari kiamat sebuah kitab yang akan dijumpainya dalam keadaan terbuka " (QS. Al Israa' : 13)
Diriwayatkan dari Mansyur bin Ammar, ia berkata: Ketika telah dekat kematian seseorang maka keadaannya dibagi menjadi 5, yaitu:
Lalu Mansyur bin Ammar berkata lagi: "jika ahli waris pergi membawa harta, malaikat maut pergi membawa ruh, cacing tanah membawa daging, dan musuh membawa kebaikan itu boleh saja. Tapi jangan sampai syetan membawa iman, karena pisahnya ruh dari jasadnya itu bukanlah pisah dengan Tuhan dan tidak ada yang tahu setelah itu, maka rugilah orang yang kehilangan imannya."
Source : Daqoiqul Akhbar
”Ketika Abu Zakaria Az-Zahid menghadapi sakaratul maut sahabatnya datang dan mengajarinya kalimah thayyibah "Laa ilaaha illallah Muhammadur rosululloh" tapi dia memalingkan wajahnya dan tidak mau mengucapkannya.
Maka diulanginya untuk yang kedua kali tapi dia tetap memalingkan wajahnya dan tidak mengucapkannya, diulanginya 3 kali dan Abu Zakaria berkata: "Aku tidak akan mengucapkannya". Maka dia pun pingsan di depan para sahabatnya.
Setelah Abu Zakaria sadar dari pingsannya yang sesaat dan merasa ringan, dia membuka matanya seraya berkata pada mereka: "Apakah engkau mengatakan sesuatu padaku?" Mereka berkata:"Ya, kami mengajarkanmu syahadat 3 kali, dan engkau berpaling 2 kali dan muka berkata pada saat yang ketiga aku tidak akan mengucapkan" Abu Zakaria menjawab: "aku didatangi iblis yang membawa tempat air dan duduk di kananku sambil menggerak-gerakkan tempat air, dan dia berkata kepadaku Apakah engkau membutuhkan air?" Aku berkata: "ya" dia berkata lagi: "katakanlah isa anak Allah" maka aku berpaling darinya.
Kemudian syetan mendatangi pada kakiku dan berkata padaku seperti tadi dan untuk ketiga kalinya dia berkata: "katakanlah tidak ada Tuhan" akupun berkata: "Aku tidak akan mengucapkannya" maka iblis membanting tempat air tersebut dan berlari menjauh. Aku menolak ajakan iblis bukan menolakmu, aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba-Nya dan utusan-Nya.
Source : Daqoiqul Akhbar
”Imam Abu Hanifah berkata : " Perkara yang banyak menyebabkan hilangnya iman seorang hamba adalah waktu sakarotul maut, semoga Allah menjaga kita dan anda semua dari hilangnya iman ".
Jika kebiasaan hidup kita lemah iman kemungkinan besar saat sakaratul maut iman kita sangat kritis. Jika disaat sakarotul maut iman dan kufur kita beratnya sama, maka dalam teka teki bisar Imma husnul khotimah, imma suul khotimah. Mari senantiasa kita menjaga iman kita, jangan pernah meremehkan maksiat sekecil apapun.
”Sesungguhnya orang-orang kafir, munafiq dan durhaka ketika maut mendatanginya turunlah malaikat adzab di sebelah kirinya, wajahnya hitam, matanya melotot.
Ketika malaikat maut datang pada orang tersebut, ia berdiri di hadapannya dengan rupa yang sangat menyeramkan, lalu jiwa orang tersebut berkata: "siapakah engkau dan apa yang engkau inginkan?" Malaikat maut berkata: "Aku Yang Akan mengeluarkanmu dari dunia, menjadikan anakmu yatim, menjadikan istrimu janda, hartamu sebagai warisan bagi pewaris mu, yang mereka tidak engkau sukai waktu hidupmu, sedangkan engkau tidak mempersiapkan kebajikan untuk dirimu dan tidak pula untuk akhiratmu, hari ini aku datang yang untuk mencabut nyawamu."
Maka ketika mendengar perkataan tersebut, mayit memalingkan wajahnya ke dinding dan dan dilihatnya malaikat maut berdiri di situ, maka ia memalingkan wajahnya ke arah yang lain dan dilihatnya malaikat maut berdiri di depannya.
Berkatalah malaikat maut: "Apakah engkau tidak tahu aku aku, akulah malaikat maut yang telah mencabut nyawa ayahmu, dan sebagaimana yang telah engkau lihat dan engkau tidak berguna bagi mereka (tidak bisa mencegahnya), hari ini ini aku akan cabut nyawamu hingga terlihatlah oleh anak-anakmu, kerabat-kerabatmu dan teman-temanmu yang dapat mengambil hikmah darimu hari ini, aku malaikat maut yang telah merusak kaum-kaum yang terdahulu yang lebih kuat, lebih kaya dan dan lebih banyak anaknya dari kamu." Kemudian malaikat maut berkata pada orang tersebut: "bagaimana pandanganmu tentang dunia?" Ia pun berkata: "menurut pandanganku aku, dunia itu penuh dengan tipu daya."
Lalu Allah menjadikan dunia dengan bentuk sesuatu dan berkata: "hai orang yang durhaka, Apakah engkau tidak malu dengan dosa-dosa yang telah engkau lakukan di dunia dan engkau tidak mampu mencegah dirimu dari perbuatan maksiat. Sesungguhnya engkau membutuhkan aku aku dan aku tidak membutuhkanmu, engkau tidak bisa membedakan antara yang halal dan yang haram, menurut sangkaanmu engkau tidak akan pernah meninggalkan dunia, Sesungguhnya aku bebas lepas darimu Dan dari amal perbuatanmu." Orang itu melihat hartanya yang pasti akan menjadi di milik orang lain. Dunia berkata lagi: "harta, hai orang yang banyak berbuat maksiat, engkau yang mencariku aku dengan jalan yang tidak benar, dan tidak kau belanjakan kan dan shodaqohkan kepada para fakir miskin, hari ini aku pasti menjadi milik orang lain."
Allah SWT berfirman:
يوم لا ينفع مال ولا بنون إلا من اتى الله بقلب سليم
"Hari dimana harta dan anak-anak tidak bermanfaat lagi kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang selamat"
Source : Daqoiqul Akhbar
”Dalam bab mengkuburkan mayit dalam Fathul Mu'in menjelaskan:
وَ يُنْدَبُ لِمَنْ عَلَى شَفِيْرِ الْقَبْرِ أَنْ يُحْثِيَ ثَلَاثَ حَثَيَاتٍ بِيَدَيْهِ قَائِلًا مَعَ الْأُوْلىَ: مِنْهَا خلَقْنَاكُمْ. وَ مَعَ الثَّانِيَةِ: وَ فِيْهَا نُعِيْدُكُمْ. وَ مَعَ الثَّالِثَةِ: وَ مِنْهَا نُخْرِجُكُمْ تَارَةً أُخْرَى
Disunnahkan bagi orang yang berada di pinggir kubur supaya menaburkan tanah tiga kali. Taburan pertama sambil mengucapkan مِنْهَا خلَقْنَاكُمْ, taburan kedua mengucapkan وَ فِيْهَا نُعِيْدُكُمْ, taburan ketiga mengucapkan وَ مِنْهَا نُخْرِجُكُمْ تَارَةً أُخْرَى.
Ada Ubudiyah yang harus dibarengi husnudhon akan sahnya, yang dikarenakan secara ilmu kemungkinan sahnya kecil.
Contohnya sholat Jum'at, seperti kita ketahui dalam Syafi'iyah syarat sah sholat Jum'at salah satunya Imam harus niat menjadi imam dan makmum harus niat menjadi makmum. Dan dengan jumlah 40 orang termasuk imam (laki-laki dan sudah Aqil).
Jika ada anak kecil dan wanita, maka syarat sah sholat Jum'at saat niat 40 orang pertama ini harus diantara makmum yang laki-laki dan Aqil. Dalam prakteknya hal ini sulit dan agaknya ini mustahil ?.
 Jika sudah keduluan anak kecil bagaimana? ?
Makanya harus husnudhon akan sahnya, dan akan diterima oleh Allah SWT.
Source: Fathul Mu'in
”Makalah dari Ka'bil Ahbar dalam Nashoihul Ibad
    "
    : الحصون للمؤمنين من الشيطان ثلاث 
    إلمسجد حصن •
    وذكر الله حصن •
    وقراءة القران حصن •
    "
  
    Benteng pelindung bagi orang yang beriman dari syaitan ada 3:
    • Masjid
    • Dzikir
    • Membaca Al-Qur'an
  
Salah satu rukun qouliyah dalam sholat adalah membaca surat alfatihah. Jika bacaan alfatihah salah maka tidak sah sholatnya. Untuk itu orang yang tidak bisa atau belum fasih makhorijul hurfnya atau belum hafal surat alfatihah tidak boleh menjadi imam.
Namun jika makmum tidak tahu si imam ummy (tidak bisa baca Qur'an) karena sedang dalam sholat yang bukan jahriyah (dhuhur dan ashar) maka sholatnya makmum sah.
Namun jika ternyata si makmum tahu bahwa imamnya ummy maka wajib mufarroqoh (memisahkan diri dari imam), jika tidak maka tidak sah sholatnya makmum.
”Diriwayatkan dari Abu Sa'id Al Khudri RA, Nabi SAW bersabda:
"إنّ اللّه يقول لاهل الجنّة يا اهل الجنّة فيقولون لبّيك ربّنا وسعديك والخير في يديك فيقول هل رضيتم فيقولن وما لنا لا نرضى يا ربّ وقد اعطيتنا ما لم تعط احدا من خلقك فيقول الا اعطيكم افضل من ذلك فيقولون يا ربّ وايّ شيء افضل من ذلك فيقول احلّ عليكم رضواني فلا اسخط عليكم بعده ابدا"
Sesungguhnya Allah berfirman kepada ahli Syurga, wahai penduduk Syurga. Mereka menjawab, kami penuhi panggilan-Mu ya Tuhan kami, segala kebahagiaan dan kebaikan ada di tangan-Mu. Allah berfirman, apakah kamu sekalian Ridha? Mereka menjawab, mengapa kami tidak ridha, wahai Tuhan, sedangkan Engkau benar-benar telah memberikan kepada kami sesuatu yang tidak Engkau berikan kepada seorangpun dari makhluk-Mu. Allah berfirman lagi, maukah kamu Aku beri sesuatu yang lebih baik dari itu? Mereka menjawab, wahai Tuhan kami, apakah sesuatu yang lebih baik dari itu? Allah berfirman lagi, Aku halalkan keridhaan-Ku bagimu, dan Aku tidak akan pernah marah lagi kepada kamu, untuk selama-lamanya.
Jika kita mendengar atau membaca hadist ini sedangkan tidak ada sedikitpun terharu, perlu kita pertanyakan keimanan kita.
”Jika Allah menceritakan tentang kekafiran manusia sering kali Allah melanjutkan dengan Firman "إنّ لللّه ما فى السمٰوات و الارض" (sesungguhnya bagi Allah apa yang di langit dan di bumi). Makna lanjutannya ini sangat luas.
Bisa jadi Allah hendak menjelaskan bahwa bagi Allah langit dan bumi baik secara kepemilikan dan kekuasaan, sehingga kekafiran manusia sedikit pun tidak mempengaruhi kedudukan-Nya.
Bisa jadi juga Allah hendak menjelaskan bahwa tidak pantas manusia kafir kepada-Nya, karena langit dan bumi adalah milik Allah begitu juga dirinya (orang kafir).
”Ndungo seng apik kui rumongso dadi iwak nek tengah segoro seng jaluk banyu.
Dadi saat ndungo kudu yakin sak durunge ndungo Allah wes Maringi segala bentuk Rizki.
Sehinggo naliko ndungo iso ikhlas murni dadi Ubudiyah, ora narget lan nuntut Gusti Allah supoyo nuruti sing dijaluk
”Ayat ini menjelaskan bahwa sifat dasar manusia adalah dhoif.
Ayat ini bisa dimaknai bahwa Allah memaklumi kita sebagai manusia adalah dho'if, sehingga tidak ada alasan bagi kita untuk putus asa dalam bertaubat. Sehingga jangan pernah beranggapan bahwa "saya berdosa besar saya tidak pantas bertaubat" atau "Apakah Allah berkenan menerima taubat dan mengampuni saya sedangkan dosa saya sangat besar dan saya sangat hina".
Bisa juga dimaknai ayat ini sebagai peringatan untuk jangan pernah sombong kepada sesama manusia, karena pada dasarnya kita manusia sama-sama dalam keadaan dho'if.
Baca selengkapnya ”Jika kita sebagai makmum lupa/ragu sudah membaca surat alfatihah atau belum, jika lupanya sebelum ruku' maka wajib membaca Alfatihah, jika lupanya ketika atau setelah ruku' maka tidak boleh berdiri lagi dan membaca Fatihah, tapi harus tetap mengikuti imam sampai salam. Jika imam sudah selesai salam kita tidak ikut salam namun kita berdiri lagi untuk menambah satu roka'at lagi.
Referensi : Fathul Mu'in ”